Monumen Nasional
|
|
Monumen Nasional
|
|
Informasi umum
|
|
Lokasi
|
|
Alamat
|
Lapangan Merdeka
|
Mulai dibangun
|
|
Selesai
|
|
Diresmikan
|
|
Tinggi
|
132 meter
|
Desain dan konstruksi
|
|
Arsitek
|
|
Kontraktor utama
|
P.N. Adhi Karya
(tiang fondasi) |
Monumen Nasional atau yang populer disingkat dengan Monas atau Tugu Monas adalah monumen peringatan setinggi 132 meter (433 kaki) yang didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia untuk merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Pembangunan monumen ini dimulai pada tanggal 17 Agustus 1961 di bawah perintah presiden Sukarno, dan dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975. Tugu ini dimahkotai lidah api yang dilapisi lembaran emas yang melambangkan semangat perjuangan yang menyala-nyala. Monumen Nasional terletak tepat di tengah Lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat. Monumen dan museum ini dibuka setiap hari mulai pukul 08.00 - 15.00 WIB. Pada hari Senin pekan terakhir setiap bulannya ditutup untuk umum.
Sejarah
Setelah
pusat pemerintahan Republik Indonesia kembali ke Jakarta setelah sebelumnya
berkedudukan di Yogyakarta pada tahun 1950 menyusul pengakuan kedaulatan
Republik Indonesia oleh pemerintah Belanda pada tahun 1949, Presiden Sukarno
mulai merencanakan pembangunan sebuah monumen nasional yang setara dengan
Menara Eiffel di lapangan tepat di depan Istana Merdeka. Pembangunan tugu Monas
bertujuan mengenang dan melestarikan perjuangan bangsa Indonesia pada masa
revolusi kemerdekaan 1945, agar terus membangkitkan inspirasi dan semangat
patriotisme generasi penerus bangsa.
Pada
tanggal 17 Agustus 1954 sebuah komite nasional dibentuk dan sayembara
perancangan monumen nasional digelar pada tahun 1955. Terdapat 51 karya yang masuk, akan tetapi hanya satu
karya yang dibuat oleh Frederich Silaban yang memenuhi kriteria yang ditentukan
komite, antara lain menggambarkan karakter bangsa Indonesia dan dapat bertahan
selama berabad-abad. Sayembara kedua digelar pada tahun 1960 tetapi sekali lagi tak satupun dari 136 peserta
yang memenuhi kriteria. Ketua juri kemudian meminta Silaban untuk menunjukkan
rancangannya kepada Sukarno. Akan tetapi Sukarno kurang menyukai rancangan itu
dan ia menginginkan monumen itu berbentuk lingga dan yoni. Silaban kemudian diminta merancang monumen dengan
tema seperti itu, akan tetapi rancangan yang diajukan Silaban terlalu luar
biasa sehingga biayanya sangat besar dan tidak mampu ditanggung oleh anggaran
negara, terlebih kondisi ekonomi saat itu cukup buruk. Silaban menolak
merancang bangunan yang lebih kecil, dan menyarankan pembangunan ditunda hingga
ekonomi Indonesia membaik. Sukarno kemudian meminta arsitek R.M. Soedarsono
untuk melanjutkan rancangan itu. Soedarsono memasukkan angka 17, 8 dan 45,
melambangkan 17 Agustus 1945 memulai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, ke dalam rancangan monumen itu. Tugu Peringatan
Nasional ini kemudian dibangun di areal seluas 80 hektare. Tugu ini diarsiteki
oleh Frederich Silaban dan R. M. Soedarsono, mulai dibangun 17 Agustus 1961.
Pembangunan
Pembangunan
terdiri atas tiga tahap. Tahap pertama, kurun 1961/1962 - 1964/1965 dimulai dengan dimulainya secara resmi
pembangunan pada tanggal 17 Agustus 1961 dengan Sukarno secara seremonial menancapkan
pasak beton pertama. Total 284 pasak beton digunakan sebagai fondasi bangunan.
Sebanyak 360 pasak bumi ditanamkan untuk fondasi museum sejarah nasional.
Keseluruhan pemancangan fondasi rampung pada bulan Maret 1962. Dinding museum di dasar bangunan selesai pada
bulan Oktober. Pembangunan obelisk kemudian dimulai dan akhirnya
rampung pada bulan Agustus 1963. Pembangunan tahap kedua berlangsung pada kurun 1966 hingga 1968 akibat terjadinya Gerakan 30 September sehingga
tahap ini sempat tertunda. Tahap akhir berlangsung pada tahun 1969-1976 dengan menambahkan diorama pada museum sejarah. Meskipun pembangunan telah
rampung, masalah masih saja terjadi, antara lain kebocoran air yang menggenangi
museum. Monumen secara resmi dibuka untuk umum dan diresmikan pada
tanggal 12 Juli 1975 oleh Presiden Republik Indonesia Soeharto. Lokasi pembangunan monumen ini dikenal dengan
nama Medan Merdeka.
Lapangan Monas mengalami lima kali penggantian nama yaitu Lapangan
Gambir, Lapangan Ikada, Lapangan Merdeka, Lapangan
Monas, dan Taman Monas. Di sekeliling tugu terdapat taman, dua
buah kolam dan beberapa lapangan terbuka tempat berolahraga. Pada hari-hari
libur Medan Merdeka dipenuhi pengunjung yang berekreasi menikmati pemandangan
Tugu Monas dan melakukan berbagai aktivitas dalam taman.
Rancang Bangun Monumen
Monumen Nasional dalam tahap pembangunan.
Rancang
bangun Tugu Monas berdasarkan pada konsep pasangan universal yang abadi; Linggadan Yoni. Tugu obelisk yang menjulang tinggi adalah lingga yang
melambangkan laki-laki, elemen maskulin yang bersifat aktif dan positif, serta
melambangkan siang hari. Sementara pelataran cawan landasan obelisk adalah Yoni
yang melambangkan perempuan, elemen feminin yang pasif dan negatif, serta
melambangkan malam hari. Lingga dan yoni merupakan lambang kesuburan dan
kesatuan harmonis yang saling melengkapi sedari masa prasejarah Indonesia.
Selain itu bentuk Tugu Monas juga dapat ditafsirkan sebagai sepasang "alu"
dan "Lesung", alat penumbuk padi yang didapati dalam setiap
rumah tangga petani tradisional Indonesia. Dengan demikian rancang bangun Monas
penuh dimensi khas budaya bangsa Indonesia. Monumen terdiri atas 117,7 meter
obelisk di atas landasan persegi setinggi 17 meter, pelataran cawan. Monumen
ini dilapisi dengan marmer Italia.
Kolam
di Taman Medan Merdeka Utara berukuran 25 x 25 meter dirancang sebagai bagian
dari sistem pendingin udara sekaligus mempercantik penampilan Taman Monas. Di
dekatnya terdapat kolam air mancur dan patung Pangeran Diponegoro yang
sedang menunggang kudanya, terbuat dari perunggu seberat 8 ton. Patung itu
dibuat oleh pemahat Italia, Prof. Coberlato sebagai sumbangan oleh Konsul
Jenderal Kehormatan, Dr. Mario, di Indonesia. Pintu masuk Monas terdapat di
taman Medan Merdeka Utara dekat patung Pangeran Diponegoro. Pintu masuk melalui
terowongan yang berada 3 m di bawah taman dan jalan silang Monas inilah, pintu
masuk pengunjung menuju tugu Monas. Loket tiket berada di ujung terowongan.
Ketika pengunjung naik kembali ke permukaan tanah di sisi utara Monas, pengunjung
dapat melanjutkan berkeliling melihat relief sejarah perjuangan Indonesia;
masuk ke dalam museum sejarah nasional melalui pintu di sudut timur laut, atau
langsung naik ke tengah menuju ruang kemerdekaan atau lift menuju pelataran
puncak monumen.
Ukuran dan Isi Monas
Monas dibangun setinggi 132 meter dan berbentuk lingga
yoni. Seluruh bangunan ini dilapisi oleh marmer.
·
Lidah Api
Di bagian puncak
terdapat cawan yang di atasnya terdapat lidah api dari perunggu yang tingginya
17 meter dan diameter 6 meter dengan berat 14,5 ton. Lidah api ini dilapisi
emas seberat 45 kg. Lidah api Monas terdiri atas 77 bagian yang disatukan.
·
Pelataran Puncak
Pelataran puncak luasnya 11x11 m. Untuk mencapai
pelataran puncak, pengunjung bisa menggunakan lift dengan lama perjalanan
sekitar 3 menit. Di sekeliling lift terdapat tangga darurat. Dari pelataran
puncak Monas, pengunjung bisa melihat gedung-gedung pencakar langit di kota
Jakarta. Bahkan jika udara cerah, pengunjung dapat melihat Gunung Salak di Jawa
Barat maupun Laut Jawa dengan Kepulauan Seribu.
·
Pelataran Bawah
Pelataran bawah luasnya 45x45 m. Tinggi dari dasar
Monas ke pelataran bawah yaitu 17 meter. Di bagian ini pengunjung dapat melihat
Taman Monas yang merupakan hutan kota yang indah.
·
Museum Sejarah Perjuangan Nasional
Di bagian bawah Monas terdapat sebuah ruangan yang
luas yaitu Museum Nasional. Tingginya yaitu 8 meter. Museum ini menampilkan
sejarah perjuangan Bangsa Indonesia. Luas dari museum ini adalah 80x80 m. Pada
keempat sisi museum terdapat 12 diorama (jendela peragaan) yang menampilkan
sejarah Indonesia dari jaman kerajaan-kerajaan nenek moyang Bangsa Indonesia
hingga G30S PKI. Selain itu direncanakan untuk ditampilkan bendera pusaka dan
naskah proklamasi yang asli di dalam bangunan Monas. Di sini juga ditampilkan
rencana pembangunan kota Jakarta.
Mengunjungi Museum
Sejarah Indonesia di Bawah Tanah
Pintu
Masuk Museum Monas
Terletak dikedalaman 4 meter di bawah
Monas, museum ini hanya bisa dimasuki melalui 1 terowongan bawah tanah yang
berada di bawah lingkar Monas yang menghadap ke arah patung pangeran Diponegoro
yang sedang menaiki kuda.
Pintu masuk terowongan tersebut berada
di belakang patung pangeran Diponegoro, cukup menuruni tangga dan ikuti saja
jalan lalu kita akan bertemu dengan loket tiket.
Loket Masuk Monas
Harga tiket bisa berbeda-beda,
tergantung usia yang akan memasuki museum. Tiket museum juga sudah termasuk
boleh naik keatas cawan Monas. Cawan Monas sendiri merupakan puncak yang berada
di lantai 4 Monas, bentuknya seperti cawan lilin kalau dilihat dari jauh.
Berikut harga tiket masuk hingga tiket naik puncak Monas.
·
Tiket Masuk Monas untuk Anak-anak
·
Museum & cawan Monas: Rp 2.000,
·
Puncak Monas: Rp 2.000
·
Tiket Masuk Monas untuk Mahasiswa
·
Museum & cawan Monas: Rp 3.000,
·
Puncak Monas: Rp 5.000
·
Tiket Masuk Monas untuk Dewasa
·
Museum & cawan Monas: Rp 5.000,
·
Puncak Monas: Rp 10.000
Sebelum memasuki kawasan dalam Monas, kita akan melalui terowongan bawah
tanah terlebih dahulu. Diujung terowongan biasanya ada seorang petugas yang
berjaga untuk mengecek tiket masuk.
Relief Sejarah Indonesia
Pada
tiap sudut halaman luar yang mengelilingi monumen terdapat relief yang
menggambarkan sejarah
Indonesia. Relief ini bermula di sudut
timur laut dengan mengabadikan kejayaan Nusantara pada masa lampau; menampilkan
sejarah Singhasari dan Majapahit. Relief ini berlanjut secara kronologis searah
jarum jam menuju sudut tenggara, barat daya, dan barat laut. Secara kronologis
menggambarkan masa penjajahan Belanda, perlawanan rakyat Indonesia dan
pahlawan-pahlawan nasional Indonesia, terbentuknya organisasi modern yang
memperjuangkan Indonesia Merdeka pada awal abad ke-20, Sumpah Pemuda, Pendudukan Jepang dan Perang Dunia II, proklamasi
kemerdekaan Indonesia disusul Revolusi dan Perang kemerdekaan Republik
Indonesia, hingga mencapai masa pembangunan Indonesia modern. Relief dan
patung-patung ini dibuat dari semen dengan kerangka pipa atau logam, namun
beberapa patung dan arca tampak tak terawat dan rusak akibat hujan serta cuaca
tropis.
Museum Sejarah Nasional
Pelajar memperhatikan diorama sejarah Indonesia
Di
bagian dasar monumen pada kedalaman 3 meter di bawah permukaan tanah, terdapat
Museum Sejarah Nasional Indonesia. Ruang besar museum sejarah perjuangan
nasional dengan ukuran luas 80 x 80 meter, dapat menampung pengunjung sekitar
500 orang. Ruangan besar berlapis marmer ini terdapat 48 diorama pada keempat sisinya dan 3 diorama di tengah,
sehingga menjadi total 51 diorama. Diorama ini menampilkan sejarah Indonesia
sejak masa pra sejarah hingga masa Orde Baru. Diorama ini dimula dari sudut
timur laut bergerak searah jarum jam menelusuri perjalanan sejarah Indonesia;
mulai masa pra sejarah, masa kemaharajaan kuno seperti Sriwijaya dan Majapahit, disusul masa penjajahan bangsa Eropa yang disusul
perlawanan para pahlawan nasional pra kemerdekaan melawan VOC dan pemerintah
Hindia Belanda. Diorama berlangsung terus hingga masa pergerakan nasional
Indonesia awal abad ke-20, pendudukan Jepang, perang kemerdekaan dan masa
revolusi, hingga masa Orde Baru pada masa pemerintahan Suharto.
Ruang Kemerdekaan
Ruang kemerdekaan
Di
bagian dalam cawan monumen terdapat Ruang Kemerdekaan berbentuk amphitheater.
Ruangan ini dapat dicapai melalui tangga berputar di dari pintu sisi utara dan
selatan. Ruangan ini menyimpan simbol kenegaraan dan kemerdekaan Republik
Indonesia. Diantaranya naskah asli Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang disimpan dalam kotak kaca di dalam gerbang
berlapis emas, lambang negara Indonesia, peta kepulauan Negara Kesatuan Republik Indonesia berlapis emas, dan bendera merah putih, dan
dinding yang bertulis naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Di
dalam Ruang Kemerdekaan Monumen Nasional ini digunakan sebagai ruang tenang
untuk mengheningkan cipta dan bermeditasi mengenang hakikat kemerdekaan dan
perjuangan bangsa Indonesia. Naskah asli proklamasi kemerdekaan Indonesia
disimpan dalam kotak kaca dalam pintu gerbang berlapis emas. Pintu mekanis ini
terbuat dari perunggu seberat 4 ton berlapis emas dihiasi ukiran bunga Wijaya
Kusuma yang melambangkan keabadian, serta bunga Teratai yang melambangkan
kesucian. Pintu ini terletak pada dinding sisi barat tepat di tengah ruangan
dan berlapis marmer hitam. Pintu ini dikenal dengan nama Gerbang
Kemerdekaan yang secara mekanis akan membuka seraya memperdengarkan
lagu "Padamu Negeri" diikuti kemudian oleh rekaman suara Sukarno tengah membacakan naskah proklamasi pada 17 Agustus 1945. Pada sisi selatan terdapat patung Garuda
Pancasila, lambang negara Indonesia terbuat
dari perunggu seberat 3,5 ton dan berlapis emas. Pada sisi timur terdapat
tulisan naskah proklamasi berhuruf perunggu, seharusnya sisi ini menampilkan
bendera yang paling suci dan dimuliakan Sang Saka Merah Putih, yang aslinya dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Akan tetapi karena kondisinya sudah semakin tua dan
rapuh, bendera suci ini tidak dipamerkan. Sisi utara dinding marmer hitam ini
menampilkan kepulauan Nusantara berlapis emas, melambangkan lokasi Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Pelataran Puncak dan Api Kemerdekaan
Pelataran Puncak dan Api Kemerdekaan
Pelataran setinggi 115 meter tempat pengunjung dapat
menikmati panorama Jakarta dari ketinggian
Sebuah elevator (lift) pada pintu sisi selatan akan membawa
pengunjung menuju pelataran puncak berukuran 11 x 11 meter di ketinggian 115
meter dari permukaan tanah. Lift ini berkapasitas 11 orang sekali angkut.
Pelataran puncak ini dapat menampung sekitar 50 orang, serta terdapat teropong
untuk melihat panorama Jakarta lebih dekat. Pada sekeliling badan elevator
terdapat tangga darurat yang terbuat dari besi. Dari pelataran puncak tugu
Monas, pengunjung dapat menikmati pemandangan seluruh penjuru kota Jakarta. Bila kondisi cuaca cerah tanpa asap kabut, di arah
ke selatan terlihat dari kejauhan Gunung Salak di wilayah kabupaten Bogor, Jawa
Barat, arah utara membentang laut lepas dengan pulau-pulau kecil.
Di
puncak Monumen Nasional terdapat cawan yang menopang nyala lampu perunggu yang
beratnya mencapai 14,5 ton dan dilapisi emas 35 Kilogram. Lidah api atau obor
ini berukuran tinggi 14 meter dan berdiameter 6 meter terdiri dari 77 bagian
yang disatukan. Lidah api ini sebagai simbol semangat perjuangan rakyat
Indonesia yang ingin meraih kemerdekaan. Awalnya nyala api perunggu ini
dilapisi lembaran emas seberat 35 kilogram, akan tetapi untuk menyambut
perayaan setengah abad (50 tahun) kemerdekaan Indonesia pada tahun 1995, lembaran
emas ini dilapis ulang sehingga mencapai berat 50 kilogram lembaran emas.
Puncak tugu berupa "Api Nan Tak Kunjung Padam" yang bermakna agar
Bangsa Indonesia senantiasa memiliki semangat yang menyala-nyala dalam berjuang
dan tidak pernah surut atau padam sepanjang masa. Pelataran cawan memberikan
pemandangan bagi pengunjung dari ketinggian 17 meter dari permukaan tanah.
Pelataran cawan dapat dicapai melalui elevator ketika turun dari pelataran
puncak, atau melalui tangga mencapai dasar cawan. Tinggi pelataran cawan dari
dasar 17 meter, sedangkan rentang tinggi antara ruang museum sejarah ke dasar
cawan adalah 8 m (3 meter di bawah tanah ditambah 5 meter tangga menuju dasar
cawan). Luas pelataran yang berbentuk bujur sangkar, berukuran 45 x 45 meter, semuanya
merupakan pelestarian angka keramat Proklamasi Kemerdekaan RI (17-8-1945).
Sebanyak
28 kg dari 38 kg emas pada obor monas tersebut merupakan sumbangan
dari Teuku Markam, seorang pengusaha
Aceh yang pernah menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia.
Taman Monas
Anda
juga dapat menghilangkan rasa jenuh Anda dengan menikmati Taman Monas, yaitu sebuah hutan kota yang dirancang dengan
taman yang indah.Di taman ini Anda dapat bermain bersama kawanan rusa yang
sengaja didatangkan dari Istana Bogor untuk meramaikan taman ini. Selain itu
Anda juga dapat berolahraga di taman ini bersama teman maupun keluarga.
Taman
Monas juga dilengkapi dengan kolam air mancur menari. Pertunjukan air mancur
menari ini sangat menarik untuk ditonton pada malam hari. Air mancur akan
bergerak dengan liukan yang indah sesuai alunan lagu yang dimainkan. Selain itu
ada juga pertunjukkan laser berwarna-warni pada air mancur ini.
Bagi
Anda yang ingin menjaga kesehatan, selain berolahraga di Taman Monas, Anda pun
dapat melakukan pijat
refleksi secara gratis. Di taman ini disediakan batu-batuan
yang cukup tajam untuk Anda pijak sambil dipijat refleksi. Di taman ini juga
disediakan beberapa lapangan futsal dan basket yang bisa digunakan siapapun. Jika
Anda lelah berjalan kaki di taman seluas 80 hektar ini, Anda dapat menggunakan
kereta wisata. Taman ini bebas dikunjungi siapa saja dan terbuka secara gratis
untuk umum.
Wisata Monas
Untuk
mengunjungi Monas, ada banyak jenis transportasi yang dapat Anda gunakan. Jika
Anda pengguna kereta api, Anda dapat menggunakan KRL Jabodetabek jenis express
yang berhenti di Stasiun Gambir. Anda
pun dapat menggunakan fasilitas transportasi Bus Trans Jakarta. Jika Anda
menggunakan kendaraan pribadi, tersedia lapangan parkir khusus IRTI, atau Anda
dapat memarkir kendaraan Anda di Stasiun Gambir.
Untuk
dapat masuk ke bangunan Monas, Anda dapat melalui pintu masuk di sekitar patung
Pangeran Diponegoro. Lalu Anda akan melalui lorong bawah tanah untuk masuk ke
Monas. Anda pun dapat melalui pintu masuk di pelataran Monas bagian utara. Jam
buka Monas adalah jam 9.00 pagi hingga jam 16.00 sore.
Monas
dapat menjadi salah satu pilihan Anda untuk berwisata bersama keluarga dan
tempat mendidik anak-anak untuk lebih mengenal sejarah Indonesia. Anda pun
dapat menikmati udara segar dari rindangnya pepohonan di Monas. Dan jangan lupa
untuk menjaga kebersihan Taman Monas agar tetap indah untuk dinikmati siapapun.
Kantor Pengelola Monumen Nasional
Kantor
Pengelola Monumen Nasional
Provinsi
DKI Jakarta
Jl. Kebon Sirih No.22 Blok H Lt.IX No.53
Jakarta Pusat
Telp: (021) 382 3041
Jl. Kebon Sirih No.22 Blok H Lt.IX No.53
Jakarta Pusat
Telp: (021) 382 3041
Angkutan Umum
·
Halte Monumen
Nasional
Transjakarta koridor 1 jurusan Blok M - Kota
Transjakarta koridor 1A jurusan Pantai Indah Kapuk - Balai Kota
Transjakarta koridor 2A jurusan Kalideres - Pulogadung
Transjakarta koridor 2D jurusan Rawa Buaya - ASMI
Transjakarta koridor 5A jurusan Kampung Melayu - Grogol
Transjakarta koridor 6A jurusan Ragunan - Monas (via
Kuningan)
Transjakarta koridor 6B jurusan Ragunan - Monas (via
Semanggi)
Transjakarta koridor 9B jurusan Pinang Ranti - Kota
·
Halte Monas 1
Transjakarta koridor GR1 jurusan Bundaran Senayan - Harmoni
·
Halte Monas 2
Transjakarta koridor GR1 jurusan Bundaran Senayan - Harmoni
·
Halte Monas 3
Transjakarta koridor GR1 jurusan Bundaran Senayan - Harmoni
·
Halte IRTI
Transjakarta koridor GR1 jurusan Bundaran Senayan - Harmoni
·
Halte Balaikota
Transjakarta koridor 2 jurusan Harmoni - Pulogadung
Transjakarta koridor 2A jurusan Kalideres - Pulogadung
Transjakarta koridor 2D jurusan Rawa Buaya - ASMI
·
Bus Daya Sentosa
Utama 157 jurusan Pasar Senen - Cimone (via Grogol)
·
Bus AJA P 106 jurusan
Pasar Senen - Cimone
Galeri
Museum Sejarah Nasional Indonesia di kaki monumen.
· Diorama sejarah Indonesia di dalam museum.
Monas di kala malam.
Dewi Pertiwi
Garuda Pancasila di
dalam Ruang Kemerdekaan Monas.
·
Referensi :
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
§ Thetripcorner - Monas: Wisata Sejarah dan Rekreasi Favorit di Jakarta
Heuken, A, (2008) Medan Merdeka - Jantung Ibukota RI, Yayasan Cipta Loka Caraka, Jakarta, No ISBN
Jakarta Local Government website: Museums in Jakarta
National Monument Office, Jakarta Capital City Administration (1996), National Monument: The Monument of the Indonesian National Struggle ISBN 979-95172-0-6
Heuken, A, (2008) Medan Merdeka - Jantung Ibukota RI, Yayasan Cipta Loka Caraka, Jakarta, No ISBN
Jakarta Local Government website: Museums in Jakarta
National Monument Office, Jakarta Capital City Administration (1996), National Monument: The Monument of the Indonesian National Struggle ISBN 979-95172-0-6
Nah jika
bicara mengenai Monas, berikut salah satu karya liputan saya mengenai monas
(Monumen Nasional) https://www.youtube.com/watch?v=yAR11IZ6LCE&t=74s