Pasar Tanah Abang
§ Dari
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
§ http://jakarta.bisnis.com
§ http://www.jakarta.go.id
|
Pasar Tanah Abang pada tahun 1900-an
- Sejarah Pasar Tanah Abang
Pasar
Tanah Abang atau Pasar
Sabtu dibangun oleh Yustinus Vinck pada 30 Agustus 1735. Yustinus Vinck mendirikan
Pasar Tanah Abang Pasar atas izin dari Gubernur Jenderal Abraham Patramini.
Izin yang diberikan saat itu untuk Pasar Tanah Abang adalah untuk berjualan
tekstil serta barang kelontong dan hanya buka setiap hari Sabtu.
Oleh karena itu, pasar ini disebut Pasar Sabtu. Pasar ini mampu menyaingi Pasar Senen (Welter Vreden) yang sudah lebih dulu maju.
Pada
tahun 1740 terjadi Peristiwa Chineezenmoord, pembantaian orang-orang China,
perusakan harta benda, termasuk Pasar Tanah Abang diporakporandakan dan
dibakar. Pada tahun 1881, Pasar Tanah Abang kembali dibangun dan
yang tadinya dibuka pada hari Sabtu, ditambah hari Rabu,
sehingga Pasar Tanah Abang dibuka 2 kali seminggu. Bangunan Pasar pada mulanya
sangat sederhana ,terdiri dari dinding bambu dan papan serta atap rumbia dari
229 papan dan 139 petak bambu. Pasar Tanah Abang terus mengalami perbaikan
hingga akhir abad ke-19 dan bagian lantainya mulai dikeraskan dengan pondasi
adukan. Pada tahun 1913, Pasar Tanah Abang kembali diperbaiki.
Pada tahun 1926 pemerintah Batavia membongkar Pasar Tanah Abang dan diganti bangunan
permanen berupa tiga los panjang dari tembok dan papan serta beratap genteng,
dengan kantor pasarnya berada di atas bangunan pasar mirip kandang burung.
Pelataran parkir di depan pasar menjadi tempat parkir kuda-kuda penarik delman
dan gerobak. Di situ tersedia kobakan air yang cukup besar, dan di seberang
jalan ada toko yang khusus menjual dedak makanan kuda. Beberapa puluh meter
dari toko dedak ada sebuah gang yang dikenal sebagai Gang Madat, tempat
lokalisasi para pemadat. Pada zaman pendudukan Jepang, pasar ini hampir tidak
berfungsi, dan menjadi tempat para gelandangan.
Pasar Tanah Abang semakin berkembang setelah
dibangunnya Stasiun Tanah Abang. Di
tempat tersebut mulai dibangun tempat-tempat seperti Masjid Al Makmur dan Klenteng Hok Tek Tjen Sien yang keduanya seusia dengan
Pasar Tanah Abang. Pada tahun 1973, Pasar Tanah Abang diremajakan, diganti
dengan 4 bangunan berlantai empat, dan sudah mengalami dua kali kebakaran,
pertama tanggal 30 Desember 1978,
Blok A di lantai tiga dan kedua menimpa Blok B tanggal 13 Agustus 1979. Pada tahun 1975 tercatat
kiosnya ada 4.351 buah dengan 3.016 pedagang.
- Asal Usul Nama Pasar Tanah Abang
Tanah Abang sebuah
kawasan yang merupakan kecamatan di Jakarta Pusat, terkenal sebagai pusat perdagangan
tekstil terbesar di Asia Tenggara. Padahal, dahulunya Tanah Abang adalah tempat
berjualan kambing, yang kemudian dipugar total menjadi bangunan modern. Kawasan
Tanah Abang yang dahulu memiliki terminal bus dan selalu dipadati
kendaraan itu memang mempunyai sejarah yang panjang, usianya sudah ratusan
tahun.
Menurut Zaenuddin HM,
dalam buku karyanya berjudul “212 Asal-Usul Djakarta Tempo Doeloe,”
setebal 377 halaman yang diterbitkan Ufuk Press pada Oktober 2012, ada banyak
versi mengenai asal usul penamaan Tanah Abang.
Pertama, hingga akhir abad ke-19 kawasan itu bernama
Nabang. Makanya pada masa itu para kondektur angkutan umum sering meneriakkan
jalurnya “Nabang, Nabang, ayo ke Nabang.” Dalam penulisan formal zaman Hindia
Belanda, diberi partikel “De” sehingga menjadi De Nabang. Nabang sendiri adalah
jenis pohon yang tumbuh di atas bukit di kawasan tersebut. Penduduk sekitar
menyebut “Tenabang” sebagai plesetan dari De Nabang. Lantaran dikira itu benar
Tenabang, maka peusahaan jawatan kereta api pada tahun 1890 mencoba
“meluruskan” dengan memberi nama Tanah Abang.
Adapun versi Kedua,
dihubungkan dengan penyerangan Kota Batavia oleh pasukan Mataram pada
tahun 1628. Serangan dilancarkan ke arah kota melalui daerah selatan yaitu
Tanah Abang. Tempat tersebut digunakan sebagai pangkalan karena kondisinya yang
berupa tanah bukit dengan daerah rawa-rawa dan ada Kali Krukut di sekitarnya. Karena
tanahnya yang merah, maka merek menyebutnya “tanah abang” yang dalam bahasa
Jawa berarti merah.
Versi Ketiga,
menyebutkan bahwa Tanah Abang dari kata “abang dan adik,” yaitu dua orang
besaudara kakak dan adik. Karena adiknya tidak mempunyai rumah, dia minta
kepada abangnya untuk mendirikan rumah.Tanah yang ditempati disebut tanah
abang, dan populer hingga sekarang dengan sebutan Tanah Abang.
Nama Tanah Abang
mulai dikenal ketika seorang kapten China bernama Phoa Bhingam meminta izin ke
pemerintah Belanda untuk membuat terusan pada 1648. Dan nama Tanah Abang
dikenal sampai sekarang.
- Pasar Tanah Abang Masa Kini
Bangunan Pasar pada
mulanya sangat sederhana, terdiri dari dinding bambu dan papan serta atap
rumbia dari 229 papan dan 139 petak bambu. Tahun 1740 atau setelah 5 tahun
berdirinya pasar Tanah Abang terjadi kebakaran hebat di pasar Tanah Abang, dan
baru dibangun kembali pada tahun 1881 dengan mendapat tambahan hari pasar yaitu
hari Rabu, sehingga menjadi dua kali seminggu Rabu dan Sabtu. Perbaikan terus
dilakukan oleh penguasa dan baru tahun 1926 bentuk bangunan pasar Tanah Abang
terdiri dari 3 bangunan Los Panjang dengan dinding Batu Bata dan beratap
genteng.
Pasar Tanah Abang
semakin berkembang setelah dibangun Stasiun Tanah Abang. Di tempat tersebut
mulai dibangun tempat-tempat seperti masjid Al Makmur dan Klenteng Hok Tek Tjen
Sien yang keduanya seusia Pasar Tanah Abang itu sendiri.
Saat gubernur Ali
Sadikin memimpin Jakarta pada tahun 1972, Pasar tanah Abang dibangun menjadi 3
lantai yang terdiri 4 blok dan berpendingin ruangan (AC).
Kini Pasar Tanah
Abang selain dikenal sebagai pusat grosir kain, juga dikenal sebagai pusat
grosir pakaian pria, wanita & anak,, grosir baju kebaya & fashion
impor, grosir sprei, tas wanita, mukena dan masih banyak produk tekstil
lainnya. Tanah abang juga dikenal sebagai grosir busana muslim termasuk sebagai
Grosir Jilbab Tanah Abang.
Seiring dengan
perkembangannya, Pemda Jakarta membangun Pasar Tanah Abang menjadi pusat grosir
yang modern. Pasar Tanah Abang menjadi gedung pusat grosir berlantai 10 yang
megah, modern dan nyaman dilengkapi dengan pendingin udara. Kini jumlah kios di
Pasar tanah Abang telah lebih dari 10. 000 kios.
Tanah abang Jakarta
pada masa kini terlihat beda sekali pada zaman penjajahan atau asal usulnya
tanah abang dahulu. Bangunannya pun sudah beda sekali terlihat megah dan modern
di banding masa lalu. Penduduknya pun semakin padat karena perkembangan dunia.
Dan menjadi pusat grosir Jakarta yang termasuk pusat grosir terbesar di
Indonesia, di tanah abang terdapat banyak kebutuhan masyarakat dari
perlengkapan rumah tangga, baju dan lain-lain terdapat di sana. Mungkin tanah
abang ini dari tahun ke tahun akan bertambah masyarakat yang datang untuk
berbelanja untuk kebutuhannya dan tentunya Pusat Grosir Jilbab Murah Tanah
Abang akan terus berkembang.
Pasar Tanah Abang
berlokasi di Jalan Kyai Haji Mas Mansyur yang dapat ditempuh melalui flyover
sampai Jalan Jendral Sudirman dan dilanjutkan masuk ke Jalan Professor Dr.
Satrio. Sepanjang jalan lurus ini terdapat bermacam-macam bangunan seperti
Wisma 46, Gedung Bank Nasional Indonesia (BNI), Shangri La Residence, Penin
Bank,Taman Residensi Sudirman, dan Mall Sudirman.Sedangkan sepanjang jalan
Prof. Dr. Satrio terdapat Mall Ciputra dan Hipermarket Carrefour disebelah ITC
Kuningan.
Pasar Tanah Abang
merupakan perpaduan antara pasar tradisional dan modern. Artinya bentuk fisik
pasar Tanah Abang ini menyerupai bangunan mall; besar, tinggi, luas; namun
pasar yang dari stasiun Tanah Abang sudah terlihat ini sebagian besar tata
perjualannya masih seperti pasar tradisional. Masih menerapakan tawar
menawarkan layaknya pasar.
Untuk masuk pasar tanah abang terdapat pintu masuk utama Metro Tanah Bang. Metro Tanah Abang ini merupakan pusat grosir pakaian. Disini terdapat koleksi yang lengkap seperti butik, sepatu, busana muslim, germent, spray kasur, celana jeans, batik, pakaian bayi dan masih banyak lagi. Untuk mendapatkan diskon biasanya kita harus membeli barang-barang diatas dengan jumlah yang relatif banyak.
Terdapat enam level
yang terdapat pada pasar ini. Pada basement pasar ini digunakan untuk berjualan
sepatu dan sandal.
Blok A dan B
merupakan blok baru pusat tekstil Tanah Abang. Terdapat 9 lantai yang di
dalamnya terdapat banyak pakaian seperti yang disebutkan sebelumnya.
1. RPTRA KALIJODO
RPTRA Kalijodo
§
Dari Wikipedia
bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
§
smartcity.jakarta.go.id
|
Kalijodo
Kalijodo adalah
sebuah area di sekitar Jalan Kepanduan II, Kelurahan
Pejagalan Kecamatan Penjaringan, di sepanjang bantaran timur Banjir
Kanal. Secara umum, daerah yang dianggap Kalijodo adalah RT 001, RT 003, RT
004, RT 005 dan RT 006 pada RW 05 Kelurahan Pejagalan. Daerah ini terkenal
sebagai sarang hiburan malam dan prostitusi untuk kelas bawah. Ia menjadi
terkenal karena sorotan dalam cerita dan film Ca Bau Kan, serta menjadi sasaran penertiban pada masa
pemerintahan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Daerah ini sekarang telah menjadi taman dan diresmikan oleh Ahok pada tanggal
22 Februari 2017.
Sejarah
Awalanya nama Kalijodo berasal dari kata Kali dan
Jodoh. Tempat ini di masa lalu adalah salah satu tempat perayaan budaya
Tionghoa bernama peh cun, yaitu perayaan hari keseratus
dalam kalender imlek. Salah satu tradisi dalam perayaan peh cun adalah pesta
air. Pesta ini menarik perhatian kalangan muda dan dibiayai oleh orang-orang
berada dari kalangan Tionghoa. Pesta air itu diikuti oleh muda-mudi laki-laki
dan perempuan yang sama-sama menaiki perahu melintasi kali Angke. Setiap perahu
diisi oleh tiga hingga empat perempuan dan laki-laki. Jika laki-laki senang
dengan perempuan yang ada di perahu lainnya ia akan melempar kue yang bernama
Tiong Cu Pia. Kue ini terbuat dari campuran terigu yang di dalamnya ada kacang
hijau. Sebaliknya, jika perempuan menerima, ia akan melempar balik dengan kue
serupa. Tradisi ini akhirnya terus berlanjut sebagai ajang mencari jodoh
sehingga dari sinilah sebutan Kali Jodoh berasal Tradisi ini berhenti di tahun
sejak tahun 1958 setelah Wali Kota Jakarta Sudiro yang menjabat diera 1953-1960
melarang perayaan budaya Tionghoa.
Namun menurut versi lain, Kalijodo memang pada awalnya
sudah merupakan wilayah prostitusi terselubung. Pada tahun 1600an, banyak
pelarian dari Manchuria berlabuh di Batavia, lalu mencari istri sementara atau
gundik karena tidak membawa istri dari negara asalnya. Tempat untuk mencari
pengganti istrinya di daerah Kalijodo. Para calon gundik ini mayoritas
didominasi oleh perempuan lokal, yang akan berusaha menarik pria etnis Tionghoa
dengan menyanyi lagu-lagu klasik Tionghoa di atas perahu yang tertambat di
pinggir kali. Pada masa tersebut, perempuan yang akan menjadi gundik disebut
Cau Bau. Cau Bau, yang bermakna perempuan, dianggap memiliki derajat yang lebih
tinggi dibandingkan pelacur. Kendati demikian, di lokasi tersebut masih
berlangsung aktivitas seksual dengan transaksi uang. Aktivitas utamanya adalah
menghibur dan mendapat penghasilan, mirip konsep Geisha di Jepang.
Di masa kini, Kalijodo tidak hanya dikunjungi
orang-orang etnis Tionghoa, namun juga laki-laki non Tionghoa. Akibatnya
Kalijodo berubah menjadi tempat pelacuran sesungguhnya. Bahkan semakin ramai
sejak Kramat Tunggak ditutup.
Penertiban
Kalijodo sebenarnya sudah direncanakan untuk
ditertibkan sejak tahun 2014 dengan alasan merupakan jalur hijau. Namun
kemudian tertunda karena menunggu penertiban Waduk Pluit selesai. Setelahnya,
Pemprov DKI mendapat momentum dengan adanya kecelakaan yang melibatkan Toyota
Fortuner setelah pengemudinya minum minuman keras sepulang dari Kalijodo. Akhirnya
pada tanggal 29 Februari 2016, penduduk Kalijodo direlokasi dengan melibatkan
5000 personel Polri, 2500 personel Satpol PP dan 400 personel
TNI
Penertiban berlangsung lancar, dengan penduduk yang
memiliki KTP DKI bersedia dipindahkan ke rusunawa Marunda dan Pulogebang atau
dipulangkan ke daerah asal.
Pembangunan
kembali Kalijodo
Setelah Kalijodo ditertibkan oleh Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok berencana
membangun kembali kawasan Kalijodo dengan bekerja sama oleh pengembang swasta
untuk mengerjakan beberapa proyek di Kalijodo. Salah satu sasaran pembangunan
Ahok di Kalijodo adalah pembangunan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA)
dan Ruang Terbuka Hijau.
Kalijodo
Masa Kini
Kalijodo kini berubah dari kawasan illegal menjadi
kawasan legal, bahkan dibanggakan Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful
Hidayat dalam kampanye Pilkada 2017 sepanjang 6 bulan lalu.
Ahok pun sempat memamerkan desain kawasan
Kalijodo sebagai taman ‘berkelas internasional’. Taman Kalijodo sudah
jadi. Fasilitas olahraga, tempat bersantai sampai area skateboard sudah
tersedia.
Di pemberitaan media, Pemprov DKI pun
menyatakan serius menjadikan Kalijodo tempat yang paling nyaman di Ibu Kota.
Bahkan tempat parkir kendaraan pengunjung pun ditata dan ingin dipastikan bebas
dari preman.
Taman Kalijodo diapit dua sungai, Kali Angke
dan bantaran Kali Banjir Kanal Barat.
Kalijodo, sejak masa-masa penjajahan Belanda
dikenal sebagai tempat orang mencari cinta. Kalijodo menjadi kawasan bantaran
sungai yang sudah kesohor oleh para pedagang-pedagang Tionghoa. Di sini tempat
para gadis pribumi mendendangkan lagu-lagu klasik Tiongkok di atas
perahu-perahu yang ditambat di pinggir kali.
“Kali itu kan khusus, di kali itu dulu ada
kegiatan ada upacara yang berhubungan dengan mencari jodoh, naik perahu,”
cerita CEO Komunitas Historia Indonesia, Asep Kambali.
Kalijodo dikenal sebagai ajang mencari jodoh
muda-mudi Jakarta saat tradisi Imlek, Peh Cun. Golongan perempuan akan menaiki
perahu yang berbeda dengan kelompok lelaki. Perahu mereka akan saling
berkejar-kejaran melintasi sepanjang Kali Angke. Jika ada salah satu perempuan
yang ditaksir, maka lelaki di perahu lain akan melempar sebuah kue bernama
Tiong Cu Pia yang terbuat dari tepung terigi dan berisi kacang hijau.
Di sepanjang sungai, kursi dan sofa bekas
penggusuran masih bertumpuk. Penggusuran oleh Pemerintah DKI Jakarta atas
kawasan ini telah terjadi sebanyak 3 kali. Berdasarkan buku 'Geger
Kalijodo' yang ditulis oleh Khrisna Murti, penggusuran pertama kali
terjadi pada 25 Januari 2002, dan penggusuran yang kedua terjadi pada Maret
2003. Terakhir penggusuran dilakukan Tahun 2016 lalu saat Ahok berkuasa.
Berubah wajah menjadi taman, Kalijodo
diharapkan menjadi tempat wisata baru bagi warga. Pada lahan yang diapit oleh
dua sungai, yaitu Kali Angke dan Kanal Banjir Barat tersebut dibangun RPTRA dan
RTH.
Sekarang Kalijodo berubah wajah menjadi RPTRA
seluas 5.489 meter persegi. Berbagai fasilitas disediakan mulai dari kamar
mandi, perpustakaan buku anak-anak, ruang PKK, tempat berteduh Skate Park, Lapangan
Futsall, Lintasan Sepeda Ekstrim, Ruang Publik Terpadu Ramah anak (RPTRA), bahkan
ada juga ruang laktasi khusus tempat ibu menyusui. Tak Cuma taman dan fasilitas
permainan, kawasan ini juga dipercantik dengan adanya graffiti. Lokasinya
terletak di tembok sisi barat rumah pompa Kalijodo. Graffiti itu nampak di
dinding sepanjang 24 meter dan tinggi sekitar 8 meter.
Nah itulah ulasan
mengenai Tanah Abang yang menjadi tempat atau pusat perbelanjaan di Jakarta dan
Kalijodoh sebagai tempat nongkrong atau hangout di Jakarta, berikut saya
rangkum dua ulasan tersebut menjadi sebuah karya, yang saya beri nama
“LANDSCAPE JAKARTA” Dalam video berdurasi 20 menit 36 detik itu saya menyajikan
informasi dan pengetahuan lengkap sebagai pendukung dari ulasan diatas dengan audio
dan visual yang sangat menarik.
Video
Landscape Jakarta, Jakarta Sebagai Pusat Perbelanjaan yaitu di Pasar Tanah
Abang dan Jakarta Sebagai Tempat Nongkrong atau Hangout yaitu di RPTRA Kalijodo
Kalijodo yang bisa Anda saksikan berikut ini :
LANDSCAPE JAKARTA (PASAR TANAH ABANG & RPTRA KALIJODO)Link video jika tidak muncul :
https://www.youtube.com/watch?v=6sizMMrY80w
Tidak ada komentar:
Posting Komentar