Kamis, 02 November 2017

PERSAMAAN DAN PERBEDAAN JURNALISTIK ONLINE DENGAN JURNALISTIK KONVENSIONAL

Jurnalisme Konvensional VS Jurnalisme Online
Dalam perkembangan komunikasi terutama dalam penelitian ilmu komunikasi bukan lagi hanya dikaitkan dengan commonness ataupun kesamaan arti antara komunikator dengan komunikan saja, tidak hanya berorientasi agar orang mengerti, tapi lebih dari hal tersebut yaitu agar orang mengalami perubahan baik dari segi sikap maupun perilakunya. Dalam hal ini tujuan tersebut tidak hanya menyangkut satu orang atau dua orang saja, melainkan jutaan hingga ratusan juta orang manusia, atau bisa dikatakan berkomunikasi massa.
Pada dasarnya pengertian dari komunikasi masa adalah penyebaran pesan dengan menggunakan media yang ditujukan pada khalayak yang sifatnya abstrak yaitu orang-orang yang tidak nampak oleh penyampai media pesan dengan jumlah yang banyak. Disebut abstrak karena komunikator tidak mengetahui secara eksplisit para komunikan yang berjumlah massa tersebut. Maka tidak hanya berpencar-pencar dalam hal letak atau posisinya, akan tetapi juga berlainan baik dari segi pendidikan, suku, dan lainnya.
Dengan demikian dapat dilihat bahwa dalam proses komunikasi massa mutlak dibutuhkan mediator yang memiliki kemampuan untuk menyampaikan berita dengan cakupan khalayak yang banyak serta memiliki daya jangkauan yang luas. Di sini proses komunikasi massa dikenal pula dengan komunikasi melalui media massa, dan media massa ini diantaranya adalah meliputi “The Big Five” yaitu surat kabar, radio, televisi, majalah, dan film. Dewasa ini termasuk pula salah satu media komunikasi massa yang bersifat virtual yaitu internet.
Media-media tersebut mampu mendukung dalam proses komunikasi massa karena kemampuannya dalam menyampaikan pesan kepada khalayak dalam jumlah yang banyak serta daya jangkau yang cukup luas pula, serta memiliki kemampuan terutama dalam mempengaruhi khalayak berkaitan dengan terpaannya.
Secara temporary, peranan media massa kini juga mulai terlihat terutama dalam memberikan informasi serta edukasi terhadap masyarakat. Dewasa ini media massa terlihat sebagai media yang berfungsi sebagai “watchdog”, tidak hanya mengenai kinerja atau pemerintahan tapi juga perilaku dari masyarakatnya sendiri.
Di sini peran media sebagai “media watch” telah dapat terlihat dengan banyaknya pesan yang dikomunikasikan pada khalayak baik dari televisi, radio, maupun media cetak semacam koran-koran untuk menyampaikan informasi yang bersifat “news” dan terangkum dalam kegiatan yang dinamakan jurnalisme.
Dalam hal ini sejarah menuturkan bahwa jurnalisme merupakan pemasok kebutuhan berkomunikasi. Jurnalisme merupakan suatu bentuk proses pencarian, pengolahan dan penyampaian berita kepada khalayak yang tentunya berjumlah massa pula. Produk pertama kegiatan dalam jurnalistik dikenal dalam bentuk newsheet yang menjadi media informasi di Roma, dikenal dengan nama Acta Diurna. Pada abad pertengahan jurnalisme berbentuk pengiriman laporan, tinjauan, perkabaran yang diedarkan melalui institusi dengan tujuan informatif.
Proses pendanaan yang besar untuk pengumpulan berita diawali melalui format “kantor berita” yaitu organisasi yang menampung liputan jurnalistik internasional dan menjualnya pada berbagai koran dan majalah. Kemunculan radio dan televisi pada abad 20 telah meluaskan segala komunikasi cetak dan elektronik dalam produk jurnalistik. Penemuan telegraf diikuti radio dan televisi menyempurnakan kecepatan aktifitas jurnalistik.
Pada perkembangannya, istilah hard news yang terdapat pada jurnalisme yaitu mengandung pengertian bahwa peristiwa yang didapat memiliki nilai berita yang tinggi berkaitan dengan kebaruannya mengalami pergeseran.. Peristiwa yang memiliki nilai value bagi koran untuk diterbitkan besok menjadi basi karena berita tersebut telah disampaikan melalui radio bahkan televisi. Dengan demikian koran menyiasatinya dengan pemberitaan yang lebih mendalam baik dalam bentuk investigatif ataupun dalam bentuk indepth reporting. Dengan demikian mulai muncullah pernyataan mengenai jurnalisme konvensional yang ditujukan pada media semacam koran, selebaran dan juga newsletter, sedangkan media semacam radio serta televisi disebut sebagai media modern.
Akan tetapi seiring perkembangan zaman pula, panggilan media modern untuk televisi dan juga radio ini menjadi bergeser semenjak dimunculkannya media internet. Apalagi pada perkembangannya media internet ini juga dipakai dalam proses jurnalisme yang dikenal pula dengan sebutan jurnalisme online.
Melalui tulisan ini maka akan dikupas secara mendalam mengenai jurnalisme konvensional berkut jurnalisme online. Dengan adanya perbandingan diantara keduanya maka akan terlihat kelebihan dan kekurangan antara bentuk serta karakteristik dari kedua jurnalisme tersebut. Di sini bentuk jurnalisme konvensional diwakili oleh media surat kabar, karena media ini dari sisi bentuknya (hampir) menyamai bentuk dari jurnalisme di media internet. Dengan demikian maka akan lebih mempermudah dalam hal pembandingannya. Melalui perbandingan di antara keduanya ini pula akan diprediksikan bentuk jurnalisme mana yang nantinya akan eksis untuk digunakan.
Perkembangan zaman yang diikuti dengan perkembangan teknologi ternyata berdampak pula terhadap perkembangan metode berkomunikasi, termasuk penggunaan media massa sebagai fungsi penyampai pesan. Sama halnya dengan penyampaian informasi dan berita yang terangkum dalam sebuah karya jurnalistik.
Pada pembahasan ini maka akan dijelaskan mengenai sejarah perkembangan antara media yang mewakili bentuk jurnalisme konvensional serta jurnalisme online. Dengan demikian tentunya akan mempermudah terutama dalam hal mencari persamaan berikut perbedaannya. Di samping itu juga bisa dibandingkan kelebihan berikut kekurangan dari masing-masing model jurnalisme ini.

A.    Sejarah Perkembangan Koran
Dalam hal ini salah satu media yang tradisional ataupun disebut sebagai konvensional adalah media massa cetak semisal koran. Media ini disebut konvensional karena awal kemunculannya sekian ratus tahun yang lalu sekaligus menjadi cikal bakal penyampaian informasi yang berbentuk “news”.
Di samping itu tidak mengherankan apabila media massa jenis ini disebut “as the fourth estate” karena bentuk berita yang disampaikan atau bentuk jurnalismenya melakukan verifikasi secara berulang-ulang serta dituntut untuk menyampaikan informasi secara cover both side.
Dunia percetakan mengalami revolusi terutama sejak ditemukannya mesin cetak oleh Johannes Guttenberg pada sekitar abad ke-15. Melalui mesin inilah barang-barang percetakan semacam buku-buku, newsletter hingga pamflet-pamflet dapat disebarkan pada masyarakat
Sebelum adanya koran, yang muncul terlebih dahulu diantaranya adalah newsletter. Pada zaman pertengahan, bank-bank menerbitkan newsletter untuk tujuan finansial dan perdagangan, dimana memungkinkan bahwa media cetak jenis ini adalah media paling tua di samping buku-buku serta pamflet religius.
Koran pertama kali dikembangkan dan dalam hal ini dibuat melalui bentuk lembaran-lembaran berita yang tidak teratur pada Negara-negara semacam Perancis, Belanda dan Great Britain untuk menyampaikan berita mengenai peristiwa luar negeri seperti halnya Thirty Years War di Jerman, Austria dan Holland (1816-1848). Di samping itu juga mengenai masalah perdagangan dan juga ekonomi.
Di Inggris terbitan cetakan pertamanya adalah Weekly News pada tahun 1622 dan salah satu terbitan koran hariannnya adalah The Daily Courant pada 11 Maret 1702. Bentuk media koran ini juga mulai dikenal di Asia. Salah satunya adalah di China terdapat koran Dibao pada abad VIII. Di Jepang sendiri terdapat lempengan tanah lempung (Clay Boards) yang ditemukan nama Iomiori Kavaraban.
Indonesia sendiri mengenal surat kabar sebagian besar karena pengaruh adanya percetakan dan penerbitan Belanda dan Tionghoa dan sebagian lainnya karena adanya kebutuhan orang-orang Indonesia dalam media komunikasi. Pers yang pertama kali muncul adalah pada masa Gubernur Jenderal Van Imhoff pada tahun 1744 yang menerbitkan Bataviasche Nouvelles en Politique Raisonnemen yang ternyata hanya dapat bertahan selama 2 tahun saja (LIPI, 2002 : 25).
Seiring waktu ternyata media koran juga mengalami dinamika mulai dari hal obyektiftas-ketradisionalannya. Bagi Negara-negara berkembang yang non komunis, pers menikmati derajat kebebasan yang beraneka ragam dari yang bersifat harus mau melakukan self censorship terutama berkaitan dengan apa-apa yang dilarang pemerintah sampai yang disensor secara langsung seperti yang terdapat pada Negara-negara komunis.
Begitu juga dengan media massa cetak semacam koran dan juga majalah yang terdapat di Indonesia. Pada zaman reformasi kehidupan pers terutama Koran dan majalah mampu menyampaikan kaidah jurnalistiknya tanpa takut akan dibredel seperti halnya ketika zaman Orde Baru. Bahkan meskipun dikenal sebagai media yang menerapkan jurnalisme konvensional sekalipun, media ini diakui sebagai pilar keempat atau dikenal sebagai “the fourth estate” terutama pada masa sekarang ini berkaitan dengan posisinya dalam turut menciptakan segi demokrasi.
B.     Sejarah Perkembangan Internet
Setelah ditemukannya media elektronik semacam radio dan televisi, ternyata penemuan
ilmuwan akan media yang baru tidak berhenti di situ saja. Satu abad setelah Charles Babbage, ilmuwan Amerika, dalam mendesain mesin analitisnya mulai dikembangkan gagasannya. Pada tahun 1994 dipikirkan sebuah komputer digital elektronik skala besar yang didanai oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat pada akhir Perang Dunia II (Fidler, 2003 : 148).
Seiring dengan dikembangkannya media komputer maka ditemukan pula salah satu media komunikasi yang pada awalnya difokuskan pada domain pribadi bagi periset dan juga ilmuwan Amerika. Net ini sebenarnya adalah jaringan longgar ribuan jaringan komputer yang saling terhubung. Net dalam hal ini tidak ada badan pemerintah atau komersial yang memiliki Net ataupun secara langsung memperoleh keuntungan dari operasinya. Jaringan ini tidak memiliki presiden, CEO ataupun kantor pusat.
Sepanjang tahun 1980an diam-diam internet tersebar ke sebagian lembaga akademik dan pusat riset di Amerika Serikat serta banyak lokasi di seluruh dunia. Menjelang tahun 1995 sekitar 30 juta orang dalam lebih dari 100 negara telah memperoleh akses melalui komputer kepada layanan berita, perpustakaan, jurnal ilmiah dan akademik, papan buletin dan data base, serta pada satu sama lain melalui lebih dari tiga juta situs hubungan internet (Fidler, 2003 : 153).
Perpaduan antara internet dengan jurnalisme dimulai dengan ditetapkan oleh standar World Wide Web (WWW). Awalnya situs berita sekedar mengadopsi tempat ini untuk hal yang bernuansa cyberspace. Dalam hal ini hanya mencoba untuk memproduksi kisah-kisah dengan menerapkan kapabilitas internet.
Namun secara profesional momen tersebut dimulai dengan pecahnya berita mengenai Drudge Report yang menyangkut skandal Monica Lewinsky ketika sebuah email dikirimkan ke 50 ribu pelanggan pada tanggal 18 Januari 1998 (Santana, 2005 : 136). Media ini digunakan untuk membongkar berita-berita skandal seputar Monica Lewinsky, menyuarakan tuduhan-tuduhan baru berikut dengan investigasinya.
Jurnalisme online ini sendiri diterapkan di Indonesia melalui prosedur yang ideal dalam media online yaitu oleh detik.com pada tanggal 9 Juli 1998. Sejal itu pula banyak bermunculan media-media baru dalam dunia maya ini terutama dalam penerapannya sebagai media penyampai jurnalisme online.
Jurnalisme online telah memicu trend alternated serta mengklaim bahwa jurnalisme online telah mengubah segala aktifitas jurnalistik dan kegiatan lama profesi jurnalisme. Sejak itu jurnalisme online maju secara dramatis serta hampir seluruh media berita memiliki web yang hadir dalam berbagai bentuk.
Dalam hal ini penerapan jurnalisme konvensional dengan jurnalisme online memiliki beberapa karakteristik yang sama dan juga karakteristik ataupun sifatnya yang berlainan. Pada bagian ini akan diuraikan secara lebih mendetail terutama mengenai kelebihan dan juga kekurangan kedua bentuk jurnalisme ini.
*        JURNALISME KONVENSIONAL
Jurnalistik konvesional dapat dikatakan adalah jurnalistik yang menggunakan media cetak maupun media elektronik seperti radio dan televisi. Terlepas dari segala bentuk definisi dari arti katanya, Jurnalisme juga dapat diartikan sebagai jurnalisme konvensional. Dalam jurnalisme konvensional, jurnalis masih berpedoman pada 5W+1H yaitu What, When, Where, Who, Why dan ditambah How.
Paham dari jurnalisme konvensional adalah sebisa mungkin dan sesegera mungkin informasi dari media dapat dimengerti dan dipahami oleh khalayak luas.Surat kabar merupakan bagian dari jurnalisme konvensional. Menurut Agee, surat kabar memiliki tiga fungsi utama dan fungsi sekunder.
a. Fungsi utama media adalah :
·         To inform (menginformasikan kepada pembaca secara objektif tentang apa yang terjadi dalam suatu komunitas, negara dan dunia),
·         To comment (mengomentari berita yang disampaikan dan mengembangkannya ke dalam focus berita) dan,
·         To provide (menyediakan keperluan informasi bagi pembaca yang membutuhkan barang dan jasa melalui pemasangan iklan di media surat kabar).
b. Fungsi Sekunder surat kabar adalah :
·           Untuk mengkampanyekan proyek-proyek yang bersifat kemasyarakatan, yang diperlukan sekali untuk membantu kondisi-kondisi tertentu,
·           Memberikan hiburan kepada pembaca dengan sajian cerita komik,kartun dan cerita-cerita khusus,
·           Melayani pembaca sebagai konselor yang ramah, menjadi agen informasi dan memperjuangkan hak.
Selain surat kabar, radio dan televisi juga merupakan bagian dari jurnalisme konvensional. Radio merupakan media elektronik yang sangat luwes. Radio telah beradaptasi dengan perubahan dunia, dengan mengembangkan hubungan saling menguntungkan dan melengkapi dengan media lainnya. Koran atau surat kabar memperoleh julukan sebagai kekuatan keempat, maka radio siaran mendapat julukan kekuatan kelima atau the fifith estate. Karena radio siaran juga dapat melakukan fungsi kontrol sosial seperti halnya surat kabar, disamping empat fungsi media yang lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan radio siaran adalah daya langsung, daya tembus dan daya tarik.
Dari ketiga media massa tersebut, televisi merupakan media yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia. Televisi merupakan bentuk penyampaian jurnalisme konvensional yang banyak diminati oleh masyarakat luas. Hal ini disebabkan oleh karena televisi dengan tampilan audio visualnya sehingga suatu informasi yang disampaikan akan lebih mudah dimengerti dan dipahami oleh masyarakat.
*      JURNALISME ONLINE
Jurnalisme online merupakan proses penyampaian informasi dengan menggunakan media internet. Internet mempermudah pekerjaan jurnalistik, sebab jurnalistik dapat dapat dilakukan melalui PC atau komputer. Dengan menggunakan internet sebagai alat reportase atau sumber informasi bagian media-media tradisional atau koran.jurnalistik online muncul ketika Mark Drugle memberikan cerita perselingkuhan presiden Amerika Serikat Bill Clinton dengan Monica Lewinsky. Karena dengan melalui internet semua orang yang mengakses internet segera mengetahui rincian cerita tersebut, itulah awal merebaknya jurnalisme online dan mulai di kenalnya jurnalisme online.
1. Ciri-ciri Jurnalisme Online
a.       Sifatnya yang real time. Berita, kisah-kisah, peristiwa-peristiwa, bisa langsung dipublikasikan pada saat kejadian sedang berlangsung. Ini barangkali tidak terlalu baru untuk jenis media tradisional lain seperti TV, radio, telegraf, atau teletype.
b.      Dari sisi penerbit, mekanisme publikasi real time itu lebih leluasa tanpa dikerangkengi oleh periodisasi maupun jadwal penerbitan atau siaran: kapan saja dan dimana saja selama dia terhubung ke jaringan Internet maka penerbit mampu mempublikasikan berita, peristiwa, kisah-kisah saat itu juga. Inilah yang memungkinkan para pengguna/pembaca untuk mendapatkan informasi mengenai perkembangan sebuah peristiwa dengan lebih sering dan terbaru.
c.     Menyertakan unsur-unsur multimedia adalah karakteristik lain jurnalisme online, yang membuat jurnalisme ini mampu menyajikan bentuk dan isi publikasi yang lebih kaya ketimbang jurnalisme di media tradisional. Karakteristik ini, terutama sekali, berlangsung pada jurnalisme yang berjalan di atas web.
d.   Bersifat interaktif. Dengan memanfaatkan hyperlink yang terdapat pada web, karya-karya jurnalisme online dapat menyajikan informasi yang terhubung dengan sumber-sumber lain. Ini berarti, pengguna/pembaca dapat menikmati informasi secara efisien dan efektif namun tetap terjaga dan didorong untuk mendapatkan pendalaman dan titik pandang yang lebih luas -bahkan sama sekali berbeda.
e.   Tidak membutuhkan organisasi resmi berikut legal formalnya sebagai lembaga pers. Bahkan dalam konteks tertentu organisasi tersebut dapat dihilangkan
f.    Tidak membutuhkan penyuting/redaktur seperti yang dimiliki surat kabar konvensional sehingga tidak ada orang yang mampu membantu masyarakat dalam menentukan informasi mana yang masuk akal atau tidak.
g.   Tidak ada biaya berlangganan kecuali langganan dalam mengakses internet sehingga komunikan atau audience memiliki kebebasan dalam memilih informasi yang diinginkan
h.      Relatif lebih terdokumentasi karena tersimpan dalam jaringan digital

C.    Persamaan dan Perbedaan Jurnalisme Konvensional dengan Jurnalisme Online

*   Persamaan
Baik jurnalisme konvensional maupun jurnalisme online memiliki beberapa persamaan. Diantaranya adalah :

1.   Memiliki empat (4) peranan yang utama diantaranya adalah sebagai media massa yang memiliki fungsi edukatif yaitu memuat tulisan yang mengandung ataupun memuat sisi pengetahuan sehingga menerapkan aspek pendidikan juga di dalamnya, informatif yaitu menyampaikan kepada khalayak segala sesuatu peristiwa yang terjadi mulai dari kronologis kejadian dan sebagainya, entertain yaitu isi tulisan tidak selalu harus berat karena di sini tidak jarang ditampilkan tulisan yang sifatnya karikatur cerita lucu dsb. Peran utama yang terakhir adalah persuasif yaitu dapat mempengaruhi terutama keputusan yang diambil dalam masyarakat terutama dalam posisinya sebagai media edukasi.
2. Tetap membutuhkan reporter terutama dalam menggali dan mendapatkan informasi. Tentunya dengan adanya reporter ini digunakan dalam proses wawancara dengan narasumber. Dengan demikian tentunya kaidah jurnalistik semisal menyampaikan segala sesuatu berdasar fakta juga tetap menjadi faktor yang utama.
3.   Adapun mekanisme yang paling sering didengar dalam jurnalisme konvensional adalah pengaturan penulisan dengan metode piramida terbalik. Dalam hal ini baik jurnalisme konvensional maupun jurnalisme online sama-sama menerapkannya agar dapat meringkas berita tersebut dalam pembahasan dari yang paling inti hingga sampai pada pemotongan berita yang tidak terlalu penting.

*   Perbedaan
Pada penulisan ini maka akan dijabarkan pula beberapa perbedaan diantara kedua bentuk jurnalisme ini.

Jurnalisme Konvensional
·         Media yang digunakan cetak (koran)
·         Tampilan pasif, proses lay out yang konvensional, tidak banyak ragam
·         Prosedur naskah disahkan oleh redaksi terlebih dahulu sebelum dimuat
·         Editing tidak bisa dilakukan apabila berita telah dicetak dan diedarkan
·         Teknik penulisan ditulis selengkap mungkin bahkan diharuskan untuk cover both side
·         Jadwal penerbitan dalam bentuk harian, mingguan ataupun bulanan
·         Orang yang me-lay out harus tetap bekerja dalam menyesuaikan desain
·         Isi berita telah ditentukan berdasarkan keputusan dari penerbit
·   Wartawan tidak dituntut untuk menguasai internet, bahkan proses lay out sudah dilakukan pegawai yang lain

Jurnalisme Online
·         Media yang digunakan media elektronik (internet)
·         Tampilan atraktif, terdiri bermacam warna, menarik
·    Prosedur naskah ada beberapa kebijakan di antaranya membolehkan wartawan di lapangan untuk meng up load tulisan sendiri
·         Proses editing masih bisa dilakukan sekallipun telah di-online kan
·         Teknik penulisan singkat, padat dan menarik
·         Jadwal penerbitan bisa dilakukan kapan saja, tidak terpaut dengan waktu
·    Programmer cukup membuat dan mengkreasi web pada awalnya saja. Sesudahnya apabila berita sudah di up load oleh redaktur maka tinggal dimasukkan web saja
·         Menyampaikan segala macam berita apapun yang ingin ditampilkan
·         Dituntut untuk menguasai internet, terutama dalam menulis dan menyampaikan berita di internet



Tidak ada komentar:

Posting Komentar