Kamis, 07 Desember 2017

LANDSCAPE JAKARTA (PASAR TANAH ABANG & RPTRA KALIJODO)

1. PASAR TANAH ABANG
Pasar Tanah Abang
§  Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
§  http://jakarta.bisnis.com
§  http://www.jakarta.go.id












Pasar Tanah Abang pada tahun 1900-an
  •  Sejarah Pasar Tanah Abang
Pasar Tanah Abang atau Pasar Sabtu dibangun oleh Yustinus Vinck pada 30 Agustus 1735Yustinus Vinck mendirikan Pasar Tanah Abang Pasar atas izin dari Gubernur Jenderal Abraham Patramini. Izin yang diberikan saat itu untuk Pasar Tanah Abang adalah untuk berjualan tekstil serta barang kelontong dan hanya buka setiap hari Sabtu. Oleh karena itu, pasar ini disebut Pasar Sabtu. Pasar ini mampu menyaingi Pasar Senen (Welter Vreden) yang sudah lebih dulu maju.
Pada tahun 1740 terjadi Peristiwa Chineezenmoord, pembantaian orang-orang China, perusakan harta benda, termasuk Pasar Tanah Abang diporakporandakan dan dibakar. Pada tahun 1881, Pasar Tanah Abang kembali dibangun dan yang tadinya dibuka pada hari Sabtu, ditambah hari Rabu, sehingga Pasar Tanah Abang dibuka 2 kali seminggu. Bangunan Pasar pada mulanya sangat sederhana ,terdiri dari dinding bambu dan papan serta atap rumbia dari 229 papan dan 139 petak bambu. Pasar Tanah Abang terus mengalami perbaikan hingga akhir abad ke-19 dan bagian lantainya mulai dikeraskan dengan pondasi adukan. Pada tahun 1913, Pasar Tanah Abang kembali diperbaiki. Pada tahun 1926 pemerintah Batavia membongkar Pasar Tanah Abang dan diganti bangunan permanen berupa tiga los panjang dari tembok dan papan serta beratap genteng, dengan kantor pasarnya berada di atas bangunan pasar mirip kandang burung. Pelataran parkir di depan pasar menjadi tempat parkir kuda-kuda penarik delman dan gerobak. Di situ tersedia kobakan air yang cukup besar, dan di seberang jalan ada toko yang khusus menjual dedak makanan kuda. Beberapa puluh meter dari toko dedak ada sebuah gang yang dikenal sebagai Gang Madat, tempat lokalisasi para pemadat. Pada zaman pendudukan Jepang, pasar ini hampir tidak berfungsi, dan menjadi tempat para gelandangan.
Pasar Tanah Abang semakin berkembang setelah dibangunnya Stasiun Tanah Abang. Di tempat tersebut mulai dibangun tempat-tempat seperti Masjid Al Makmur dan Klenteng Hok Tek Tjen Sien yang keduanya seusia dengan Pasar Tanah Abang. Pada tahun 1973, Pasar Tanah Abang diremajakan, diganti dengan 4 bangunan berlantai empat, dan sudah mengalami dua kali kebakaran, pertama tanggal 30 Desember 1978, Blok A di lantai tiga dan kedua menimpa Blok B tanggal 13 Agustus 1979. Pada tahun 1975 tercatat kiosnya ada 4.351 buah dengan 3.016 pedagang.

  • Asal Usul Nama Pasar Tanah Abang
Tanah Abang sebuah kawasan yang merupakan kecamatan di Jakarta Pusat, terkenal sebagai pusat perdagangan tekstil terbesar di Asia Tenggara. Padahal, dahulunya Tanah Abang adalah tempat berjualan kambing, yang kemudian dipugar total menjadi bangunan modern. Kawasan Tanah Abang yang dahulu memiliki terminal bus dan selalu dipadati  kendaraan itu memang mempunyai sejarah yang panjang, usianya sudah ratusan tahun.
Menurut Zaenuddin HM, dalam buku karyanya berjudul “212  Asal-Usul Djakarta Tempo Doeloe,” setebal 377 halaman yang diterbitkan Ufuk Press pada Oktober 2012, ada banyak versi mengenai asal usul penamaan Tanah Abang.
Pertama, hingga akhir abad ke-19 kawasan itu bernama Nabang. Makanya pada masa itu para kondektur angkutan umum sering meneriakkan jalurnya “Nabang, Nabang, ayo ke Nabang.” Dalam penulisan formal zaman Hindia Belanda, diberi partikel “De” sehingga menjadi De Nabang. Nabang sendiri adalah jenis pohon yang tumbuh di atas bukit di kawasan tersebut. Penduduk sekitar menyebut “Tenabang” sebagai plesetan dari De Nabang. Lantaran dikira itu benar Tenabang, maka peusahaan jawatan kereta api pada tahun 1890 mencoba “meluruskan” dengan memberi nama Tanah Abang.
Adapun versi Kedua,  dihubungkan dengan penyerangan Kota Batavia oleh pasukan Mataram pada tahun 1628. Serangan dilancarkan ke arah kota melalui daerah selatan yaitu Tanah Abang. Tempat tersebut digunakan sebagai pangkalan karena kondisinya yang berupa tanah bukit dengan daerah rawa-rawa dan ada Kali Krukut di sekitarnya. Karena tanahnya yang merah, maka merek menyebutnya “tanah abang” yang dalam bahasa Jawa berarti merah.
Versi Ketiga, menyebutkan bahwa Tanah Abang dari kata “abang dan adik,” yaitu dua orang besaudara kakak dan adik. Karena adiknya tidak mempunyai rumah, dia minta kepada abangnya untuk mendirikan rumah.Tanah yang ditempati disebut tanah abang, dan populer hingga sekarang dengan sebutan Tanah Abang.
Nama Tanah Abang mulai dikenal ketika seorang kapten China bernama Phoa Bhingam meminta izin ke pemerintah Belanda untuk membuat terusan pada 1648. Dan nama Tanah Abang dikenal sampai sekarang.
  • Pasar Tanah Abang Masa Kini

Bangunan Pasar pada mulanya sangat sederhana, terdiri dari dinding bambu dan papan serta atap rumbia dari 229 papan dan 139 petak bambu. Tahun 1740 atau setelah 5 tahun berdirinya pasar Tanah Abang terjadi kebakaran hebat di pasar Tanah Abang, dan baru dibangun kembali pada tahun 1881 dengan mendapat tambahan hari pasar yaitu hari Rabu, sehingga menjadi dua kali seminggu Rabu dan Sabtu. Perbaikan terus dilakukan oleh penguasa dan baru tahun 1926 bentuk bangunan pasar Tanah Abang terdiri dari 3 bangunan Los Panjang dengan dinding Batu Bata dan beratap genteng.
Pasar Tanah Abang semakin berkembang setelah dibangun Stasiun Tanah Abang. Di tempat tersebut mulai dibangun tempat-tempat seperti masjid Al Makmur dan Klenteng Hok Tek Tjen Sien yang keduanya seusia Pasar Tanah Abang itu sendiri.
Saat gubernur Ali Sadikin memimpin Jakarta pada tahun 1972, Pasar tanah Abang dibangun menjadi 3 lantai yang terdiri 4 blok dan berpendingin ruangan (AC).
Kini Pasar Tanah Abang selain dikenal sebagai pusat grosir kain, juga dikenal sebagai pusat grosir pakaian pria, wanita & anak,, grosir baju kebaya & fashion impor, grosir sprei, tas wanita, mukena dan masih banyak produk tekstil lainnya. Tanah abang juga dikenal sebagai grosir busana muslim termasuk sebagai Grosir Jilbab Tanah Abang.
Seiring dengan perkembangannya, Pemda Jakarta membangun Pasar Tanah Abang menjadi pusat grosir yang modern. Pasar Tanah Abang menjadi gedung pusat grosir berlantai 10 yang megah, modern dan nyaman dilengkapi dengan pendingin udara. Kini jumlah kios di Pasar tanah Abang telah lebih dari 10. 000 kios.
Tanah abang Jakarta pada masa kini terlihat beda sekali pada zaman penjajahan atau asal usulnya tanah abang dahulu. Bangunannya pun sudah beda sekali terlihat megah dan modern di banding masa lalu. Penduduknya pun semakin padat karena perkembangan dunia. Dan menjadi pusat grosir Jakarta yang termasuk pusat grosir terbesar di Indonesia, di tanah abang terdapat banyak kebutuhan masyarakat dari perlengkapan rumah tangga, baju dan lain-lain terdapat di sana. Mungkin tanah abang ini dari tahun ke tahun akan bertambah masyarakat yang datang untuk berbelanja untuk kebutuhannya dan tentunya Pusat Grosir Jilbab Murah Tanah Abang akan terus berkembang.
Pasar Tanah Abang berlokasi di Jalan Kyai Haji Mas Mansyur yang dapat ditempuh melalui flyover sampai Jalan Jendral Sudirman dan dilanjutkan masuk ke Jalan Professor Dr. Satrio. Sepanjang jalan lurus ini terdapat bermacam-macam bangunan seperti Wisma 46, Gedung Bank Nasional Indonesia (BNI), Shangri La Residence, Penin Bank,Taman Residensi Sudirman, dan Mall Sudirman.Sedangkan sepanjang jalan Prof. Dr. Satrio terdapat Mall Ciputra dan Hipermarket Carrefour disebelah ITC Kuningan.
Pasar Tanah Abang merupakan perpaduan antara pasar tradisional dan modern. Artinya bentuk fisik pasar Tanah Abang ini menyerupai bangunan mall; besar, tinggi, luas; namun pasar yang dari stasiun Tanah Abang sudah terlihat ini sebagian besar tata perjualannya masih seperti pasar tradisional. Masih menerapakan tawar menawarkan layaknya pasar.

Untuk masuk pasar tanah abang terdapat pintu masuk utama Metro Tanah Bang. Metro Tanah Abang ini merupakan pusat grosir pakaian. Disini terdapat koleksi yang lengkap seperti butik, sepatu, busana muslim, germent, spray kasur, celana jeans, batik, pakaian bayi dan masih banyak lagi. Untuk mendapatkan diskon biasanya kita harus membeli barang-barang diatas dengan jumlah yang relatif banyak.
Terdapat enam level yang terdapat pada pasar ini. Pada basement pasar ini digunakan untuk berjualan sepatu dan sandal.
Blok A dan B merupakan blok baru pusat tekstil Tanah Abang. Terdapat 9 lantai yang di dalamnya terdapat banyak pakaian seperti yang disebutkan sebelumnya.







1.      RPTRA KALIJODO
RPTRA Kalijodo
§  Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
§  smartcity.jakarta.go.id

Kalijodo
Kalijodo adalah sebuah area di sekitar Jalan Kepanduan II, Kelurahan Pejagalan Kecamatan Penjaringan, di sepanjang bantaran timur Banjir Kanal. Secara umum, daerah yang dianggap Kalijodo adalah RT 001, RT 003, RT 004, RT 005 dan RT 006 pada RW 05 Kelurahan Pejagalan. Daerah ini terkenal sebagai sarang hiburan malam dan prostitusi untuk kelas bawah. Ia menjadi terkenal karena sorotan dalam cerita dan film Ca Bau Kan, serta menjadi sasaran penertiban pada masa pemerintahan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Daerah ini sekarang telah menjadi taman dan diresmikan oleh Ahok pada tanggal 22 Februari 2017.
Sejarah
Awalanya nama Kalijodo berasal dari kata Kali dan Jodoh. Tempat ini di masa lalu adalah salah satu tempat perayaan budaya Tionghoa bernama peh cun, yaitu perayaan hari keseratus dalam kalender imlek. Salah satu tradisi dalam perayaan peh cun adalah pesta air. Pesta ini menarik perhatian kalangan muda dan dibiayai oleh orang-orang berada dari kalangan Tionghoa. Pesta air itu diikuti oleh muda-mudi laki-laki dan perempuan yang sama-sama menaiki perahu melintasi kali Angke. Setiap perahu diisi oleh tiga hingga empat perempuan dan laki-laki. Jika laki-laki senang dengan perempuan yang ada di perahu lainnya ia akan melempar kue yang bernama Tiong Cu Pia. Kue ini terbuat dari campuran terigu yang di dalamnya ada kacang hijau. Sebaliknya, jika perempuan menerima, ia akan melempar balik dengan kue serupa. Tradisi ini akhirnya terus berlanjut sebagai ajang mencari jodoh sehingga dari sinilah sebutan Kali Jodoh berasal Tradisi ini berhenti di tahun sejak tahun 1958 setelah Wali Kota Jakarta Sudiro yang menjabat diera 1953-1960 melarang perayaan budaya Tionghoa.
Namun menurut versi lain, Kalijodo memang pada awalnya sudah merupakan wilayah prostitusi terselubung. Pada tahun 1600an, banyak pelarian dari Manchuria berlabuh di Batavia, lalu mencari istri sementara atau gundik karena tidak membawa istri dari negara asalnya. Tempat untuk mencari pengganti istrinya di daerah Kalijodo. Para calon gundik ini mayoritas didominasi oleh perempuan lokal, yang akan berusaha menarik pria etnis Tionghoa dengan menyanyi lagu-lagu klasik Tionghoa di atas perahu yang tertambat di pinggir kali. Pada masa tersebut, perempuan yang akan menjadi gundik disebut Cau Bau. Cau Bau, yang bermakna perempuan, dianggap memiliki derajat yang lebih tinggi dibandingkan pelacur. Kendati demikian, di lokasi tersebut masih berlangsung aktivitas seksual dengan transaksi uang. Aktivitas utamanya adalah menghibur dan mendapat penghasilan, mirip konsep Geisha di Jepang. 
Di masa kini, Kalijodo tidak hanya dikunjungi orang-orang etnis Tionghoa, namun juga laki-laki non Tionghoa. Akibatnya Kalijodo berubah menjadi tempat pelacuran sesungguhnya. Bahkan semakin ramai sejak Kramat Tunggak ditutup. 
Penertiban
Kalijodo sebenarnya sudah direncanakan untuk ditertibkan sejak tahun 2014 dengan alasan merupakan jalur hijau. Namun kemudian tertunda karena menunggu penertiban Waduk Pluit selesai. Setelahnya, Pemprov DKI mendapat momentum dengan adanya kecelakaan yang melibatkan Toyota Fortuner setelah pengemudinya minum minuman keras sepulang dari Kalijodo. Akhirnya pada tanggal 29 Februari 2016, penduduk Kalijodo direlokasi dengan melibatkan 5000 personel Polri,  2500 personel Satpol PP dan 400 personel TNI 
Penertiban berlangsung lancar, dengan penduduk yang memiliki KTP DKI bersedia dipindahkan ke rusunawa Marunda dan Pulogebang atau dipulangkan ke daerah asal.
Pembangunan kembali Kalijodo
Setelah Kalijodo ditertibkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok berencana membangun kembali kawasan Kalijodo dengan bekerja sama oleh pengembang swasta untuk mengerjakan beberapa proyek di Kalijodo. Salah satu sasaran pembangunan Ahok di Kalijodo adalah pembangunan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) dan Ruang Terbuka Hijau.
Kalijodo Masa Kini
Kalijodo kini berubah dari kawasan illegal menjadi kawasan legal, bahkan dibanggakan Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat dalam kampanye Pilkada 2017 sepanjang 6 bulan lalu.
Ahok pun sempat memamerkan desain kawasan Kalijodo sebagai taman ‘berkelas internasional’. Taman Kalijodo sudah jadi. Fasilitas olahraga, tempat bersantai sampai area skateboard sudah tersedia.
Di pemberitaan media, Pemprov DKI pun menyatakan serius menjadikan Kalijodo tempat yang paling nyaman di Ibu Kota. Bahkan tempat parkir kendaraan pengunjung pun ditata dan ingin dipastikan bebas dari preman.
Taman Kalijodo diapit dua sungai, Kali Angke dan bantaran Kali Banjir Kanal Barat.
Kalijodo, sejak masa-masa penjajahan Belanda dikenal sebagai tempat orang mencari cinta. Kalijodo menjadi kawasan bantaran sungai yang sudah kesohor oleh para pedagang-pedagang Tionghoa. Di sini tempat para gadis pribumi mendendangkan lagu-lagu klasik Tiongkok di atas perahu-perahu yang ditambat di pinggir kali.
“Kali itu kan khusus, di kali itu dulu ada kegiatan ada upacara yang berhubungan dengan mencari jodoh, naik perahu,” cerita CEO Komunitas Historia Indonesia, Asep Kambali.
Kalijodo dikenal sebagai ajang mencari jodoh muda-mudi Jakarta saat tradisi Imlek, Peh Cun. Golongan perempuan akan menaiki perahu yang berbeda dengan kelompok lelaki. Perahu mereka akan saling berkejar-kejaran melintasi sepanjang Kali Angke. Jika ada salah satu perempuan yang ditaksir, maka lelaki di perahu lain akan melempar sebuah kue bernama Tiong Cu Pia yang terbuat dari tepung terigi dan berisi kacang hijau.
Di sepanjang sungai, kursi dan sofa bekas penggusuran masih bertumpuk. Penggusuran oleh Pemerintah DKI Jakarta atas kawasan ini telah terjadi sebanyak 3 kali. Berdasarkan  buku  'Geger Kalijodo' yang ditulis oleh Khrisna Murti, penggusuran  pertama kali terjadi pada 25 Januari 2002, dan penggusuran yang kedua terjadi pada Maret 2003.  Terakhir penggusuran dilakukan Tahun 2016 lalu saat Ahok berkuasa.
Berubah wajah menjadi taman, Kalijodo diharapkan menjadi tempat wisata baru bagi warga. Pada lahan yang diapit oleh dua sungai, yaitu Kali Angke dan Kanal Banjir Barat tersebut dibangun RPTRA dan RTH.
Sekarang Kalijodo berubah wajah menjadi RPTRA seluas 5.489 meter persegi. Berbagai fasilitas disediakan mulai dari kamar mandi, perpustakaan buku anak-anak, ruang PKK, tempat berteduh Skate Park, Lapangan Futsall, Lintasan Sepeda Ekstrim, Ruang Publik Terpadu Ramah anak (RPTRA), bahkan ada juga ruang laktasi khusus tempat ibu menyusui. Tak Cuma taman dan fasilitas permainan, kawasan ini juga dipercantik dengan adanya graffiti. Lokasinya terletak di tembok sisi barat rumah pompa Kalijodo. Graffiti itu nampak di dinding sepanjang 24 meter dan tinggi sekitar 8 meter.

Nah itulah ulasan mengenai Tanah Abang yang menjadi tempat atau pusat perbelanjaan di Jakarta dan Kalijodoh sebagai tempat nongkrong atau hangout di Jakarta, berikut saya rangkum dua ulasan tersebut menjadi sebuah karya, yang saya beri nama “LANDSCAPE JAKARTA” Dalam video berdurasi 20 menit 36 detik itu saya menyajikan informasi dan pengetahuan lengkap sebagai pendukung dari ulasan diatas dengan audio dan visual yang sangat menarik.

Video Landscape Jakarta, Jakarta Sebagai Pusat Perbelanjaan yaitu di Pasar Tanah Abang dan Jakarta Sebagai Tempat Nongkrong atau Hangout yaitu di RPTRA Kalijodo Kalijodo yang bisa Anda saksikan berikut ini :
LANDSCAPE JAKARTA (PASAR TANAH ABANG & RPTRA KALIJODO)
Link video jika tidak muncul :
https://www.youtube.com/watch?v=6sizMMrY80w










Tidak ada komentar:

Posting Komentar